Sejarah batik di
Pengaruh tarekat bisa terlihat pada Paksi Naga Liman, motif itu merupakan simbol berisi pesan keagamaan yang diyakini tarekat itu. Paksi mengambarkan rajawali, naga adalah ular naga dan liman itu gajah, motif itu menggambarkan peperangan kebaikan melawan keburukan dalam mencapai kesempurnaan.
"Motif itu juga menggambarkan percampuran Islam, Cina dan
Pada megamendung, selain perjalanan manusia, juga ada pesan terkait kepemimpinan yang mengayomi, dan juga perlambang keluasan dan kesuburan. Komarudin mengemuakan, bentuk awan merupakan simbol dunia luas, bebas dan transenden, ada nuansa sufisme di balik motif itu.
Pekerjaan membatik pada awalnya dikerjakan anggota tarekat yang mengabdi ke keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tersebut. Di Cirebon, para pengikut tarekat itu tinggal di daerah yang dinamakan Desa Trusmi dan sekitarnya seperti Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah dan Panembahan di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Karena itu, sampai sekarang batik
"Eyang dari eyang saya sudah mengenal batik. Sampai sekarang turun-temurun. Awalnya memang Trusmi, sekarang dengan perkembangan yang pesat, masyarakat desa lain juga mengikuti tradisi Trusmi," tutur alumnus ITB yang juga pengurus Yayasan Batik Indonesia (YBI).
Keberadaan tarekat menjadikan batik
Warna-warna cerah merah dan biru yang menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, terjadi karena ada campur tangan laki-laki dalam proses pembuatan batik. Dan di Trusmi pekerjaan membatik merupakan pekerjaan semesta, artinya seluruh anggota keluarga berperan, si bapak membuat rancangan gambar, ibu yang mewarnai dan anak menjemur.
0 komentar:
Posting Komentar