Sebagai sebuah karya seni, megamendung identik dan bahkan menjadi icon dari batik pesisiran
Kekhasan megamendung atau "awan-awanan" tidak saja pada motifnya yang berupa bentuk gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas seperti biru dan merah, tetapi juga pada nilai-nilai filosofi yang terkandung pada motif batik tersebut. Hal ini sangat erat berkaitan dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di
Sejauh ini, memang belum ada kejelasan asal muasal kapan batik bisa sampai menjadi tradisi di daerah pesisir Pantura tersebut. Hanya dari beberapa penuturan, sejarah batik di
Budayawan dan pemerhati batik setempat, Made Casta menuturkan, rintisan sejarah batik dimulai ketika Pelabuhan Muara Jati (Cirebon) menjadi tempat persinggahan para pedagang, baik dari Tiongkok, Arab, Persia maupun India. Pada saat itu terjadi asimilasi dan akulturasi beragam budaya yang menghasilkan banyak tradisi baru bagi masyarakat
Dinikahinya putri Ong Tien oleh Sunan Gunung Jati sebagai pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi Tiongkok (Cina) ke pusat kekuasaan, yakni keraton. Karena keraton ketika itu menjadi pusat kosmik, ide atau gagasan, pernik-pernik tradisi dan budaya Cina yang masuk bersama putri Ong Tien dengan sendirinya menjadi pusat perhatian para seniman
"Pernik-pernik Cina yang dibawa putri Ong Tien sebagai persembahan ke Sunan Gunung Djati, menjadi inspirasi seniman termasuk pembatik," tutur Made Casta yang juga perupa itu.
Keramik-keramik Cina, porselin atau kain sutera dari jaman Dinasti Ming dan Ching yang memiliki banyak motif lalu menginspirasi seniman
"Hanya tentu dengan sentuhan khas
H. Komarudin Kudiya, S.IP, M.Ds, Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) mengemukakan soal besarnya pengaruh Cina dalam kebudayaan
Motif Cina hanya sebagai inspirasi, seniman batik
Akulturasi dan asimilasi juga terjadi pada karya-karya seni lain seperti ukiran, seni pahat, lukis kaca dan lain-lain. Untuk batik megamendung, sampai sekarang bisa dilihat pada bangunan-bangunan keraton
"Meski megamendung terpengaruhi Cina, dalam penuangannya secara fundamental berbeda. Megamendung Cirebon sarat makna relijius dan filosofi. Garis-garis gambarnya simbol perjalanan hidup manusia dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa, berumah tangga sampai mati. Antara lahir dan mati tersambung garis penghubung yang kesemuanya menyimbolkan kebesaran Ilahi," tutur pemilik showroom "Batik Komar" di Jl
(Tulisan II)
Dua Belas Motif Megamendung Klasik Tengah Dikembangkan
Sifatnya Fleksibelnya Membuat Megamendung Digandrungi
Kendati megamendung bukan satu-satunya khas batik pesisir
Tak hanya di Jabar dan Jawa, megamendung juga disukai masyarakat batik di seluruh nusantara dari Aceh sampai Papua. Dalam sepuluh tahun terakhir, antusiasme masyarakat batik internasional juga ikut-ikutan membutu motif yang membedakan batik Cirebon, baik dengan batik pesisir utara Jawa lain seperti Indramayu, Pekalongan dan Lasem, juga dengan daerah sentra batik lain semisal Yogyakarta dan Surakarta (Solo).
Saking mashurnya, megamendung pernah menjadi cover buku batik internasional berjudul "Batik Design" karya Pepin Van Roojen, Belanda. Karena itu, tidak salah bila megamendung kini menjadi icon batik
"Sebenarnya Cirebon memiliki segudang kekayaan motif batik. Hanya selama ini, pasar terfokus pada megamendung. Menurut saya ini fenomena pencitraan pasar. Hanya terlepas dari itu, harus diakui, megamendung ini plastis dan fleksibel, untuk kebaya, sarung maupun pakaian itu OK. Mudah dibentuk dan cocok untuk semua lapisan masyarakat," tutur H. Komarudin Kudiya, S.IP, M.Ds (40), Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) yang ditemui di workshop Batik Komar di sentra batik Cirebon di Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Booming pasar batik Trusmi atau batik
"Sudah ada 12 motif megamendung klasik yang dirancang. Semua berbentuk batik tulis. Sekarang dalam proses produksi, bila sudah selesai akan kami launching," tutur lelaki asli Trusmi alumnus FISIP UNPAD dan Magister Desain FSRD ITB itu.
Komarudin atau akrab disapa Komar, mengumpulkan motif megamendung itu dari khasanah klasik pernik-pernik seni tradisional
"Saking fleksibelnya, motif ini bisa dirancang inovatif dengan sentuhan modern. Motif ini memang dikenal dinamis, bisa dirancang disesuaikan konteks perkembangan jaman," tutur pengurus Yayasan Batik Indonesia (YBI) di bagian sumber daya dan desain ini.
Dua belas motif yang dikembangkan antaranya megamendung enggok, oleng, pilar, bunga, sekar pandan, barong bayang, menyan kobar, jentikan, lung pinggir, angkin, panjang dan inggil. Kesemuanya, tengah dalam proses pengerjaan, rencananya sebelum bulan April 2009 mendatang sudah selesai.
Kekhasan Mencolok
Dari yang sudah ada, meski motif dasarnya megamendung, namun rancangan gambar keseluruhannya memiliki kekhasan dan perbedaan mencolok. Pada pilar misalnya, gambarnya bercirikan tegak vertikal, diambil dari ukiran dan pahatan pada pilar pendopo keraton, sekar pandan bentuk gambar secara umum merupakan kembang pandan dan barong bayang sepintas mirip wajah barong khas
"Bila dicermati, megamendung banyak sekali variasinya.
Dua belas motif megamendung ini rencananya akan dipublikasikan pada dua pemaran batik nasional di Jakarta Convention Centre (JCC) pada bulan April (Pameran Batik Adiwastra) dan Agustus (Pemaran Batik Nusantara) 2009 mendatang.
Dengan memperkenalkan 12 motif itu, diharapkan makin menunjukan kekuatan Batik Trusmi (
Dari 12 motif tadi, ungkap Komar, ciri khas megamendung, yakni pada gradasi warna-warna cerah seperti merah, biru, hijau akan lebih dieksploitasi. Kesemua motif nantinya lengkap dengan gradasi warna yang sampai tujuh lapis, semuanya dikerjakan dengan teknik dan ketekunan tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar