...Selamat Datang di Mustika Butik Online...
Terima kasih telah berkunjung ke butik online kami.
Kami menjual batik katun dengan motif khas daerah Cirebon. Berbagai macam kualitas dari yang biasa hingga halus, dari yang printing hingga tulis, dari yang 1x celup hingga stone wash. Hanya di Butik Mustika anda mendapatkan batik dengan harga murah dan kualitas bagus.

Sejarah Batik Megamendung Khas Cirebon Bentuk Akulturasi dan Asmiliasi Beragam Budaya

Sebagai sebuah karya seni, megamendung identik dan bahkan menjadi icon dari batik pesisiran Cirebon. Batik ini memiliki kekhasan yang tidak dijumpai di daerah-daerah pesisir penghasil batik lain di utara Jawa seperti Indramayu, Pekalongan maupun Lasem.

Kekhasan megamendung atau "awan-awanan" tidak saja pada motifnya yang berupa bentuk gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas seperti biru dan merah, tetapi juga pada nilai-nilai filosofi yang terkandung pada motif batik tersebut. Hal ini sangat erat berkaitan dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di Cirebon.

Sejauh ini, memang belum ada kejelasan asal muasal kapan batik bisa sampai menjadi tradisi di daerah pesisir Pantura tersebut. Hanya dari beberapa penuturan, sejarah batik di Cirebon terkait erat dengan proses asimilasi budaya serta tradisi ritual religius, prosesnya berlangsung sejak Sunan Gunung Djati menyebarkan Islam di Cirebon sekitar abad 16 SM.

Budayawan dan pemerhati batik setempat, Made Casta menuturkan, rintisan sejarah batik dimulai ketika Pelabuhan Muara Jati (Cirebon) menjadi tempat persinggahan para pedagang, baik dari Tiongkok, Arab, Persia maupun India. Pada saat itu terjadi asimilasi dan akulturasi beragam budaya yang menghasilkan banyak tradisi baru bagi masyarakat Cirebon.

Dinikahinya putri Ong Tien oleh Sunan Gunung Jati sebagai pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi Tiongkok (Cina) ke pusat kekuasaan, yakni keraton. Karena keraton ketika itu menjadi pusat kosmik, ide atau gagasan, pernik-pernik tradisi dan budaya Cina yang masuk bersama putri Ong Tien dengan sendirinya menjadi pusat perhatian para seniman Cirebon.

"Pernik-pernik Cina yang dibawa putri Ong Tien sebagai persembahan ke Sunan Gunung Djati, menjadi inspirasi seniman termasuk pembatik," tutur Made Casta yang juga perupa itu.

Keramik-keramik Cina, porselin atau kain sutera dari jaman Dinasti Ming dan Ching yang memiliki banyak motif lalu menginspirasi seniman Cirebon. Gambar simbol kebudayaan Cina, seperti burung hong (phoenix), liong (naga), kupu-kupu, kilin, banji (swastika atau simbol kehidupan abadi) menjadi akrab dengan masyarakat Cirebon, para pembatik keraton menuangkannya dalam karya batik, salah satunya motif megamendung.

"Hanya tentu dengan sentuhan khas Cirebon sehingga tidak sama persis. Pada megamendung, garis-garis awan motif Cina berupa bulatan atau lingkaran, sedang megamandung Cirebon, cenderung lonjong, lancip dan berbentuk segitiga. Ini yang membedakan motif awan Cina dan Cirebon," tutur Made Casta.

H. Komarudin Kudiya, S.IP, M.Ds, Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) mengemukakan soal besarnya pengaruh Cina dalam kebudayaan Cirebon. Persentuhan budayaf Cina dengan seniman batik Cirebon melahirkan motif-motif batik baru khas Cirebon.

Motif Cina hanya sebagai inspirasi, seniman batik Cirebon mengolahnya dengan cita rasa masyarakat setempat yang beragama Islam. Dari situ, lahirlah motif batik dengan ragam hias dan keunikan khas, seperti Paksi Naga Liman, Wadasan, Banji, Patran Keris, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas dan yang paling dikenal ialah megamendung.

Akulturasi dan asimilasi juga terjadi pada karya-karya seni lain seperti ukiran, seni pahat, lukis kaca dan lain-lain. Untuk batik megamendung, sampai sekarang bisa dilihat pada bangunan-bangunan keraton Cirebon seperti Kasepuhan, Kanoman dan Kacirebonan.

"Meski megamendung terpengaruhi Cina, dalam penuangannya secara fundamental berbeda. Megamendung Cirebon sarat makna relijius dan filosofi. Garis-garis gambarnya simbol perjalanan hidup manusia dari lahir, anak-anak, remaja, dewasa, berumah tangga sampai mati. Antara lahir dan mati tersambung garis penghubung yang kesemuanya menyimbolkan kebesaran Ilahi," tutur pemilik showroom "Batik Komar" di Jl Sumbawa, Kota Bandung itu.

(Tulisan II)

Dua Belas Motif Megamendung Klasik Tengah Dikembangkan

Sifatnya Fleksibelnya Membuat Megamendung Digandrungi

Kendati megamendung bukan satu-satunya khas batik pesisir Cirebon, namun diakui motif tersebut memiliki keunggulan karena keluwesan atau fleksibilitasnya. Itu pula kenapa diantara banyak motif-motif batik Cirebonan, megamendung paling banyak digandrungi dan dicari masyarakat penggembar batik.

Tak hanya di Jabar dan Jawa, megamendung juga disukai masyarakat batik di seluruh nusantara dari Aceh sampai Papua. Dalam sepuluh tahun terakhir, antusiasme masyarakat batik internasional juga ikut-ikutan membutu motif yang membedakan batik Cirebon, baik dengan batik pesisir utara Jawa lain seperti Indramayu, Pekalongan dan Lasem, juga dengan daerah sentra batik lain semisal Yogyakarta dan Surakarta (Solo).

Saking mashurnya, megamendung pernah menjadi cover buku batik internasional berjudul "Batik Design" karya Pepin Van Roojen, Belanda. Karena itu, tidak salah bila megamendung kini menjadi icon batik Cirebon.

"Sebenarnya Cirebon memiliki segudang kekayaan motif batik. Hanya selama ini, pasar terfokus pada megamendung. Menurut saya ini fenomena pencitraan pasar. Hanya terlepas dari itu, harus diakui, megamendung ini plastis dan fleksibel, untuk kebaya, sarung maupun pakaian itu OK. Mudah dibentuk dan cocok untuk semua lapisan masyarakat," tutur H. Komarudin Kudiya, S.IP, M.Ds (40), Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) yang ditemui di workshop Batik Komar di sentra batik Cirebon di Desa Trusmi, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.

Booming pasar batik Trusmi atau batik Cirebon dalam beberapa tahun terakhir, juga didominasi pasar megamendung. Karena itu, YPJB melalui "Batik Komar", kini tengah mengembangkan motif megamendung yang ternyata juga sangat beragam.

"Sudah ada 12 motif megamendung klasik yang dirancang. Semua berbentuk batik tulis. Sekarang dalam proses produksi, bila sudah selesai akan kami launching," tutur lelaki asli Trusmi alumnus FISIP UNPAD dan Magister Desain FSRD ITB itu.

Komarudin atau akrab disapa Komar, mengumpulkan motif megamendung itu dari khasanah klasik pernik-pernik seni tradisional Cirebon. Sejauh ini, baru 12 yang dikembangkan, akan tetapi dia berkeyakinan kalau terus digali bisa lebih banyak.

"Saking fleksibelnya, motif ini bisa dirancang inovatif dengan sentuhan modern. Motif ini memang dikenal dinamis, bisa dirancang disesuaikan konteks perkembangan jaman," tutur pengurus Yayasan Batik Indonesia (YBI) di bagian sumber daya dan desain ini.

Dua belas motif yang dikembangkan antaranya megamendung enggok, oleng, pilar, bunga, sekar pandan, barong bayang, menyan kobar, jentikan, lung pinggir, angkin, panjang dan inggil. Kesemuanya, tengah dalam proses pengerjaan, rencananya sebelum bulan April 2009 mendatang sudah selesai.

Kekhasan Mencolok

Dari yang sudah ada, meski motif dasarnya megamendung, namun rancangan gambar keseluruhannya memiliki kekhasan dan perbedaan mencolok. Pada pilar misalnya, gambarnya bercirikan tegak vertikal, diambil dari ukiran dan pahatan pada pilar pendopo keraton, sekar pandan bentuk gambar secara umum merupakan kembang pandan dan barong bayang sepintas mirip wajah barong khas Bali serta beragam lainnya.

"Bila dicermati, megamendung banyak sekali variasinya. Ada yang lancip, bulat tumpul pada ujungnya, ada yang memiliki lekukan menyudut pada lengkungannya. Juga ada yang melebar dan beragam formasi gambar yang unik dan menarik," tutur pemrakarsa gelar batik terpanjang dunia 446,6 mtr dengan 112 komposisi warna, 407 motif batik dari Sabang hingga Merauke dan tercatat di MURI maupun Guinness World Record tahun 2005 di Gedung Sate Bandung.

Dua belas motif megamendung ini rencananya akan dipublikasikan pada dua pemaran batik nasional di Jakarta Convention Centre (JCC) pada bulan April (Pameran Batik Adiwastra) dan Agustus (Pemaran Batik Nusantara) 2009 mendatang.

Dengan memperkenalkan 12 motif itu, diharapkan makin menunjukan kekuatan Batik Trusmi (Cirebon) kepada masyarakat batik nasional maupun internasional. Dari 12 motif tadi, akan diungkap pula bagaimana megamendung sangat mirip dengan motif klasik Cirebon lain, yakni wadasan, namun pada detil-detil tertentu sangat berbeda.

Dari 12 motif tadi, ungkap Komar, ciri khas megamendung, yakni pada gradasi warna-warna cerah seperti merah, biru, hijau akan lebih dieksploitasi. Kesemua motif nantinya lengkap dengan gradasi warna yang sampai tujuh lapis, semuanya dikerjakan dengan teknik dan ketekunan tinggi.

"Kita akan eksplorasi motif megamendung, baik dari bentuk gambar maupun komposisi warna," tutur Komar, juara I Lomba Cipta Desain Selendang Batik Internasioanl 1997 dan peraih Penghargaan Upakarti Jasa Kepeloporan.(Agung Nugroho/"PR")***

0 komentar: